Tuesday, December 2, 2014

HAL YANG PERLU DIKETAHUI SEBELUM BILANG "CINTA TAK HARUS MEMILIKI"

Setiap orang pasti pernah merasakan cinta. Cinta dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah cinta kepada lawan jenis, yang seringkali bikin kita galau seharian. Dari cerita cinta yang mulus-mulus saja sampai cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Dalam urusan cinta, terkadang beberapa orang beranggapan bahwa “Cinta tidaklah harus memiliki.” Benarkah seperti itu? Bukankah cinta itu akan tumbuh berkembang ketika kita sudah memilikinya? Lalu, bagaimanakah seharusnya kita menyikapi cinta? Nah, kali ini Hipwee akan memberi pandangan baru bagimu yang terus percaya bahwa cinta tak harus memiliki.

1. Cinta Selalu Datang Sepaket Dengan Keinginan Untuk Menjaga. Lalu Apa Yang Kamu Jaga Kalau Kamu Tidak Memilikinya?

Lalu apa yang akan kamu jaga?

Rasa ingin menjaga adalah turunan dari rasa sayang dan cinta pada seseorang. Saat kamu mencintai seseorang, harapan atas kebaikan dirinya terus berdatangan. Kamu berharap dia hidup tenang, makan kenyang, hingga menginginkan agar dia setia dan tidak berpaling ke lain hati. Pertanyaannya, bagaimana jika kamu tidak bisa memiliki orang yang kamu sayangi itu?
Kalau kamu tidak  memilikinya, lantas apa yang akan kamu jaga? Bagaimana kamu memperhatikan keadaanya ketika kamu tidak punya hak apa-apa padanya?
Saat ternyata situasi berubah, dia jatuh cinta pada yang lain, kamu ditinggalkan, lantas kamu tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Bisa saja terjadi ‘kan? Lalu bagaimana kamu bisa menjaga hal yang itu tidak kamu miliki? Ibaratnya, bagaimana kamu akan menjaga perhiasan idamanmu, sedangkan kamu tidak berusaha untuk memilikinya dengan membelinya di toko? Imposible. Dengan memilikinya, kamu bisa menjaganya dengan lebih baik. Dengan memilikinya, kamu bisa menjaga cinta agar untuk tumbuh berkembang dengan indah.

2.  Cinta Itu Ada Untuk Menentramkan Jiwa. Pertanyaannya, Ketika Cinta Itu Tidak Kita Miliki, Apakah Hatimu Akan Tentram?

Cinta untuk menentramkan jiwa

Pada hakikatnya, cinta dan komitmen ada untuk menenteramkam jiwa. Dengan memiliki seseorang yang selalu bisa diandalkan kamu tidak lagi perlu takut sendirian. Selalu ada orang yang bisa diajak berbincang pun dimintai pendapatnya dalam setiap kesempatan. Mengetahui ada seseorang yang selalu setia di sisi memang menenangkan hati.
Keadaan berbeda terjadi ketika kamu merasa bahwa cinta tidak harus dimiliki. Tidak memiliki cinta berarti kamu membebaskan dia untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Tak ada kewajiban untuk saling mejaga hati dan saling memperhatikan. Buat apa? Toh masing-masing dari kalian sama-sama tidak punya ikatan yang melekatkan.
Merasa cinta tidak harus dimiliki menuntut keberanian tinggi untuk rela berbesar hati — saat melihat orang yang kamu sayangi sepenuh hati memperhatikan orang lain, mengikhlaskan perhatianmu tidak mendapatkan tanggapan sesuai harapan. Sesabar apakah dirimu hingga bisa berlaku seperti ini? Cukup lapangkah hatimu hingga mampu terus meredam kekhawatiran dan rasa takut kehilangan?
Jika sudah begini, apa yang dicari dari sebuah cinta — jika ketenangan dan kenyamanan darinya saja sudah tak ada.

3. Mencintai Apa Yang Tidak Kamu Miliki Terkadang Membuatmu Hanya Fokus Pada Angan Yang Tidak Ada Habisnya.

Kamu menunggu perempuan datang padamu, mas?

Selama ini kamu hanya mencintainya sendirian? Kamu hanya diam dan menunggu dia datang? Lantas kamu lebih sering berlindung pada kata-kata tidak semua cinta harus memiliki. Mungkin itu bukan cinta, tapi kebanyakan ngarep. Kamu selalu dihantui angan-angan, berharap untuk selalu memilikinya, tapi kamu tidak pernah memperjuangankan apa-apa.
Ibaratnya kamu hanya melihat sesuatu yang kamu idamkan di etalase, sedangkan kamu hanya melintasinya tanpa pernah menanyakanya apakah perhiasan itu dijual? Harganya berapa? Boleh dibeli atau tidak? Kalau kamu benar-benar cinta, berarti kamu bukan hanya suka melihat, tapi juga ingin menjaga, memperhatian, merawat, dan semua itu memang butuh pengorbanan.
Meyakini bahwa cinta tidak harus dimiliki sepatutnya membuatmu bertanya:
Apakah ini benar-benar cinta? Atau sekadar angan-angan yang enggan diperjuangkan saja? 

4. Ungkapan “Kalau Jodoh Memang Tidak Akan Kemana” Seharusnya Bukan Jadi Pembenaran Untukmu yang Malas Berusaha

Kutunggu jandamu saja

Konsep jodoh tidak akan kemana sebenarnya memberikan kita harapan bahwa di luar sana ada 1 manusia yang memang tertakdirkan untuk kita. Tapi keyakinan macam ini harusnya tidak lantas membuat kita merasa sah untuk diam saja tanpa melakukan apa-apa. Memang benar, jodoh tidak akan kemana-mana. Tapi bukan berarti juga kita hanya berdiam diri di rumah tanpa melihat dunia, mencoba mendapatkan jodoh kita dengan membuka hati kita pada orang lain.
Konsep “jodoh tidak akan kemana” seharusnya membuatmu lebih giat berusaha. Bukannya berlindung di balik keyakinan bahwa dia akan datang tanpa perlu banyak usaha di baliknya. Percaya bahwa orang yang tepat pasti datang itu boleh-boleh saja. Hanya, jangan gunakan konsep ini sebagai pembenaran untuk tidak mengusahakan cinta yang sudah menggelora di dada.

5. Kamu Bahagia Melihat Dia Bahagia Dengan Orang Lain. Yakin? Ini Pembelaan Atau Menyerah Pada Keadaan?

kamu cemburu? merasa kehilangan?

Saat kamu mencintai seseorang namun tidak memperjuangkannya, lantas dia mungkin saja akan bersama dengan orang lain. Tameng yang selalu kamu lontarkan adalah
Aku bahagia melihat dia bahagia.” 
Mungkin benar ada beberapa orang yang bisa ikhlas. Mereka yang bener-benar punya hati lapang atau mereka yang cintanya hanya seujung kuku. Coba deh, jujur pada hatimu. Apakah kamu benar-benar tidak keberatan melihatnya menyelipkan jari di sela-sela genggaman orang lain? Tidakkah kamu ingin mendampinginya setiap waktu, melihatnya bercerita dan berbagi pengalaman bersama sepanjang waktu?
Ketika rasa tidak lagi ingin memiliki itu datang, bisa jadi kamu hanya sedang takut atau bahkan malas berjuang. Sehingga berusaha mencari pembenaran yang menenteramkan.

6. Kalau Kamu Berani Mencintai, Itu Artinya Kamu Harus Berani Memperjuangkannya Untuk Kamu Miliki

Berani mencintai, berani memperjuangkanya

Cinta itu adalah anugerah yang diberikan Tuhan agar kita merasakan ketentraman dari sesama manusia. Jika kamu merasa dia baik, cintamu juga baik, cinta kalian pantas untuk diwujudkan, apa salahnya untuk diperjuangkan? Kalau kamu pasrah-pasrah saja, ya sudah lebih baik kamu urungkan saja niatmu untuk mencintai seseorang.
Berlindung di balik rasa enggan berjuang justru bisa membuatmu tersiksa sendiri karena angan-angan yang tidak pernah selesai diwujudkan. Gak jarang kamu justru menuduh dia mempermainkan hatimu, si Pemberi Harapan Palsu, atau segala macam tuduhan lain. Daripada terjebak perasaan yang menyakitkan macam ini, mulai sekarang cobalah lebih berani.
Jika suka, tunjukkan!
Jika sayang, ungkapkan.
Kalau sudah siap, ajak dia serius.
Saat belum berani, maka ini tandanya kamu harus lebih giat memantaskan diri.

7. Saat Kamu Memang Tidak Bisa Memiliki Fisiknya — Setidaknya, Milikilah Dia Dalam Doamu.

Yakin?

Ya, setiap apa yang ada di dunia ini memang tidaklah absen dari kehendak Tuhan. Lantas, kita selalu berdiam diri dan bilang, “Biarlah Tuhan yang menjaganya dalam doa.”  Ini tentu tidak ada salahnya. Sah-sah saja jika kamu menitipkannya pada perlindungan paling baik yang bisa diberikan oleh Sang Pencipta.
Tapi ingat, Tuhan juga menyuruh kita untuk berusaha. Usaha yang bisa kamu lakukan adalah memantaskan diri. Serta tak lupa terus membawa dia dalam setiap doa yang kamu panjatkan padaNya. Jika memang kamu belum bisa memiliki fisik dan hatinya dengan nyata, paling tidak kamu mengupayakan ia lewat doa….

Nah, masih berdiam diri untuk menutup diri dan berpedoman pada cinta tidak harus memiliki? Barangkali cintamu hanyalah sebesar remah-remah roti yang sebentar hilang terbawa angin. Kalau kamu benar-benar mencintai, itu berarti kamu harus berani memperjuangkan untuk memilikinya. Kalau ternyata setelah kamu berusaha, kamu masih saja tidak memilikinya, itu artinya dia bukan pasangan yang tepat untukmu. Dan pasti akan ada orang yang pas untuk menyeimbangi cintamu itu.
Being deeply loved by someone gives you strength, while loving someone deeply gives you courage. (Lao Tzu)



REFLEKSI MENGENAI KONFLIK ANTAR AGAMA

Tahun-tahun belakangan ini konflik antar agama naik persentasenya di dunia berdasarkan studi yang ada. Di indonesia pun masalah antar suku beragama ini masih sering terjadi dan terus ada. Survei Pew Research Center menemukan bahwa sepertiga dari 198 negara yang mereka teliti mengalami konflik agama yang tinggi atau bahkan sangat tinggi.

Konflik agama itu termanifestasi antara lain dalam bentuk kekerasan sektarian terorisme atau intimidasi sepanjang 2012. Persentase itu lebih tinggi dibandingkan 29 persen pada tahun sebelumnya atau 20 persen pada 2010.
Biasanya konflik muncul pada agama mayoritas, dalam hal ini adalah Islam dan Kristen. Berbeda dengan Hindu dan Buddha serta agama lokal yang memperlihatkan tingkat permusuhan yang lebih rendah.

Menurut Pew Centre ada lima negara yang paling melakukan pembatasan atas kebebasan beragama, yaitu Mesir, Cina, Iran, Arab Saudi dan Indonesia juga termasuk.
Sebagai contohnya adalah Eropa, yang menunjukkan kenaikan terbesar dalam kebencian agama, akibat meningkatnya pelecehan terhadap perempuan karena pakaian mereka yang diasosiasikan terhadap agama tertentu.
Selain itu, kasus penyerangan atas kelompok minoritas antara lain pembunuhan atas seorang rabbi dan tiga anak-anak Yahudi oleh seorang Islamis radikal di Prancis, membuat benua ini mencatat kenaikan sikap permusuhan rata-rata terbesar di dunia.
Pew menemukan bahwa tingkat kebencian antar agama, tertinggi terjadi di Pakistan, Afghanistan, India, Somalia dan Israel.
Kelompok Islamis radikal di Pakistan, Afghanistan dan Somalia dikenal sering menyerang kelompok mainstream Muslim atau minoritas Kristen. Sementara di India, kebencian muncul karena adanya ketegangan antara kelompok mayoritas Hindu dengan kelompok Muslim dan Kristen.
 

Memang benar maksud dari gambar diatas. Jika semua agama yang ada di bumi ini mengajarkan apa yang dinamakan ‘kedamaian’, lalu mengapa sampai sekarang semua agama itu tidak mendapatkan sebuah ‘kedamaian’ itu?

Pada bagian ini akan diuraikan sebab terjadinya konflik antar masyarakat beragama khususnya yang terjadi di Indonesia dalam perspektif sosiologi agama.

Hendropuspito mengemukakan bahwa paling tidak ada empat hal pokok sebagai sumber konflik sosial yang bersumber dari agama.1457

Dengan menggunakan kerangka teori Hendropuspito, penulis ingin menyoroti konflik antar kelompok masyarakat Islam - Kristen di Indonesia, dibagi dalam empat hal, yaitu:

A. Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental

Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-masing menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab dari benturan itu.

Entah sadar atau tidak, setiap pihak mempunyai gambaran tentang ajaran agamanya, membandingkan dengan ajaran agama lawan, memberikan penilaian atas agama sendiri dan agama lawannya. Dalam skala penilaian yang dibuat (subyektif) nilai tertinggi selalu diberikan kepada agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan lawan dinilai menurut patokan itu.

Agama Islam dan Kristen di Indonesia, merupakan agama samawi (revealed religion), yang meyakini terbentuk dari wahyu Ilahi Karena itu memiliki rasa superior, sebagai agama yang berasal dari Tuhan.
Di beberapa tempat terjadinya kerusuhan kelompok masyarakat Islam dari aliran sunni atau santri. Bagi golongan sunni, memandang Islam dalam keterkaitan dengan keanggotaan dalam umat, dengan demikian Islam adalah juga hukum dan politik di samping agama. Islam sebagai hubungan pribadi lebih dalam artian pemberlakuan hukum dan oleh sebab itu hubungan pribadi itu tidak boleh mengurangi solidaritas umat, sebagai masyarakat terbaik di hadapan Allah. Dan mereka masih berpikir tentang pembentukan negara dan masyarakat Islam di Indonesia. Kelompok ini begitu agresif, kurang toleran dan terkadang fanatik dan malah menganut garis keras.1458

Karena itu, faktor perbedaan doktrin dan sikap mental dan kelompok masyarakat Islam dan Kristen punya andil sebagai pemicu konflik.

B. Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama

Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar jurang permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam masyarakat.

Contoh di wilayah Indonesia, antara Suku Aceh dan Suku Batak di Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan Suku Batak yang beragama Kristen; kedua suku itu hampir selalu hidup dalam ketegangan, bahkan dalam konflik fisik (sering terjadi), yang merugikan ketentraman dan keamanan.
Di beberapa tempat yang terjadi kerusuhan seperti: Situbondo, Tasikmalaya, dan Rengasdengklok, massa yang mengamuk adalah penduduk setempat dari Suku Madura di Jawa Timur, dan Suku Sunda di Jawa Barat. Sedangkan yang menjadi korban keganasan massa adalah kelompok pendatang yang umumnya dari Suku non Jawa dan dari Suku Tionghoa. Jadi, nampaknya perbedaan suku dan ras disertai perbedaan agama ikut memicu terjadinya konflik.

C. Perbedaan Tingkat Kebudayaan

Agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan membuktikan perbedaan budaya berbagai bangsa di dunia tidak sama. Secara sederhana dapat dibedakan dua kategori budaya dalam masyarakat, yakni budaya tradisional dan budaya modern.

Tempat-tempat terjadinya konflik antar kelompok masyarakat agama Islam - Kristen beberapa waktu yang lalu, nampak perbedaan antara dua kelompok yang konflik itu. Kelompok masyarakat setempat memiliki budaya yang sederhana atau tradisional: sedangkan kaum pendatang memiliki budaya yang lebih maju atau modern. Karena itu bentuk rumah gereja lebih berwajah budaya Barat yang mewah.
Perbedaan budaya dalam kelompok masyarakat yang berbeda agama di suatu tempat atau daerah ternyata sebagai faktor pendorong yang ikut mempengaruhi terciptanya konflik antar kelompok agama di Indonesia.

D. Masalah Mayoritas dan Minoritas Golongan Agama

Fenomena konflik sosial mempunyai aneka penyebab. Tetapi dalam masyarakat agama pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayoritas dan minoritas golongan agama.

Di berbagai tempat terjadinya konflik, massa yang mengamuk adalah beragama Islam sebagai kelompok mayoritas; sedangkan kelompok yang ditekan dan mengalami kerugian fisik dan mental adalah orang Kristen yang minoritas di Indonesia. Sehingga nampak kelompok Islam yang mayoritas merasa berkuasa atas daerah yang didiami lebih dari kelompok minoritas yakni orang Kristen. Karena itu, di beberapa tempat orang Kristen sebagai kelompok minoritas sering mengalami kerugian fisik, seperti: pengrusakan dan pembakaran gedung-gedung ibadat.

Padahal secara garis besarnya, semua permasalahan agama tersebut dapat ditekan jika dari manusia nya sendiri memiliki respect atau rasa saling menghargai.


Persamaan derajat adalah persamaan yang dimiliki oleh diri pribadi kepada diri orang lain ataupun masyarakat,biasanya persamaan derajat itu dapat dinyatakan dengan HAM Hak Asasi Manusia yang telah diatur dalam UU.

PASAL-PASAL DI DALAM UUD 45 TENTANG PERSAMAAN HAK :

  1.       pasal 1
  2.          pasal 2 ayat 1
  3.          pasal 7


Sebagai warga negara yang baik kita harus menjunjung tinggi persamaan derajat diantara kita, terlebih dalam urusan beragama. Bukan hanya untuk kita saja, tetapi untuk orang lain juga.
Agar ajaran di setiap masing-masing agama mengenai ‘kedamaian’ dapat kita dapatkan dalam hidup kita.
Sebagai contoh baru-baru ini seorang paus, yang notabene pemuka agama kristen di vatikan menyerukan untuk menghilangkan paradigma masyarakat kepada Islam kalau Islam merupakan agama yang penuh kekerasan. Seperti yang dilansir oleh Daily Mail pada 12/1 lalu.

Paus Fransiskus kecam mereka yang menghina Islam

Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Fransiskus juga menyerukan agar pemimpin muslim mengecam ekstrimis untuk membantu menghilangkan anggapan Islam sebagai agama yang penuh kekerasan. "Selama berkunjung ke Turki saya sangat mengerti kegundahan muslim lantaran banyak warga Barat menyamakan agama mereka dengan terorisme," ujar Fransiskus.

Ucapan Fransiskus bertentangan dengan pendahulunya Paus Benediktus XVI yang mengatakan Islam penuh kekerasan pada 2006 dan menyebabkan kecaman keras pada Vatikan. Fransiskus pun meminta maaf atas ucapan Benediktus XVI.

Namun kekerasan atas nama Islam kembali bergema terutama saat kelompok Negara Islam untuk Irak dan Syam (ISIS) bikin onar. Mereka membunuh siapa saja, warga muslim maupun agama lain yang tidak sepaham dengan keyakinan mereka yakni sunni radikal.

Paus asal Argentina ini telah bekerja sama dengan sejumlah tokoh muslim untuk menyebarkan perdamaian di Timur Tengah. Fransiskus juga mengecam siapa pun menyerang Islam sebagai reaksi atas terorisme. "Kalian tidak bisa berbicara kasar pada umat Islam dan menjelek-jelekkan Alquran. Kitab suci itu sebuah buku yang mengajarkan perdamaian dan cinta kasih," Frasiskus menegaskan.

Anda bisa lihat bukan? Masih ada orang yang ingin melihat dunia dengan kepercayaan yang berdampingan menjalani hidup ini. Bahkan orang yg bukan dari agama tersebut membela agama lain. Mulailah dari sekarang memberikan respect kita kepada agama lain.



Referensi :








Sunday, November 23, 2014

KENYATAAN SOAL CINTA YANG HARUS DITERIMA

waktu itu iseng browsing buat nyari artikel-artikel motivasi yang bagus dan berkualitas. Trus dapet nih website keren yang postingan artikelnya bagus banget. Website nya itu hipwee.com . Kali ini ane mau repost mengenai 8 Kenyataan tentang Cinta yang Mau Tak Mau Harus Diterima.

Kamu tentu sudah akrab dengan kata “cinta”, bukan? Tak hanya dalam kehidupan sehari-hari, “cinta” selalu jadi topik menarik dalam lagu, novel, hingga film. Tapi, apakah kamu memang benar-benar cukup mengerti soal cinta?

Bisa jadi banyak hal kaitannya dengan cinta yang sebenarnya tak kamu pahami, atau belum benar-benar kamu mengerti. Mengaku pernah merasakan cinta, sudahkah kamu memahami fakta-fakta cinta dalam artikel ini?
1. Cinta Pada Pandangan Pertama Bisa Jadi Tak Pernah Benar-Benar Terjadi

cinta pada pandangan pertama
Konsep “cinta pada pandangan pertama” sekilas terdengar terlalu absurd. Bagaimanapun, rasa tertarik yang muncul pada pertemuan pertama sudah pasti berdasar pada kesukaan fisik semata. Dia yang membuatmu jatuh cinta mungkin tampak sangat cantik atau punya gaya berpakaian yang terlihat sangat keren. Tapi, sekadar rasa tertarik tentu tak bisa disejajarkan dengan perasaan jatuh cinta, bukan?
Jatuh cinta hampir pasti melewati proses yang panjang. Melibatkan dua orang yang sudah lama berhubungan dekat dengan jalinan emosi yang kuat. Banyak momen yang dilewatkan bersama hingga pada akhirnya bisa meyakinkan diri sendiri bahwa ada perasaan yang begitu hebat bertajuk jatuh cinta.
Saat kamu mengaku bisa jatuh cinta pada orang yang baru pertama kali kamu temui, yakinkah sepenuhnya kamu bahwa itu memang benar-benar cinta? Bukan hanya ketertarikan fisik semata?
2. Jatuh Cinta dan Sungguh-Sungguh Mencintai Adalah Dua Hal yang Jauh Berbeda
jatuh cinta vs mencintai
Apakah kamu pernah sekadar jatuh cinta atau sudah sungguh-sungguh mencintai? Meskipun sekilas terkesan sama, dua hal ini justru punya makna yang jauh berbeda. Jatuh cinta adalah perasaan yang bisa sekejap membolak-balikkan duniamu. Membuatmu seperti mabuk dan melihat dia yang menjadikanmu jatuh cinta layaknya manusia sempurna. Segala sesuatu terasa benar-benar indah dan kamu tak pernah sedetik pun melupakan perasaanmu.
Namun, mencintai dengan sungguh-sungguh justru berbeda. Kamu tidak sedang terburu-buru, pun sibuk memikirkan dia setiap saat. Kamu punya perasaan yang bisa bertahan lama; rasa yang cenderung langgeng dan permanen. Kamu menjalani hidupmu dengan wajar. Kamu pun tak selalu berharap bisa bersamanya, tapi cukup peduli untuk memikirkan atau menyebut namanya di sela-sela doamu.
3. Setiap Cinta yang Menghampiri Pasti Punya Aroma dan Rasa yang Berbeda, Tidak Ada Jenis Cinta yang Bisa Disamakan
every love is different
Sepanjang perjalanan cintamu, mungkin tak hanya satu atau dua cinta yang kamu rasakan. Mungkin, ada sekian nama-nama yang pernah mengisi hati dan membuatmu jatuh cinta. Namun, adakah sekian nama-nama itu punya kesan yang sama dalam hatimu? Tentu tidak. Setiap cinta yang mampir dalam hidupmu pasti punya cita rasa yang berbeda.
Cinta pertamamu adalah dia yang dulu paling nakal di sekolah. Sementara, cinta kedua adalah cowok kutu buku yang paling pintar di kelasmu. Caramu mengenal mereka, memulai proses pendekatan, menemukan hal-hal yang kamu sukai dan tidak kamu sukai; banyak hal yang membuat satu persatu kisah cintamu berbeda. Mereka yang sukses membuatmu jatuh cinta pun punya keunikannya masing-masing.
4. Setiap Cinta yang Datang Akan Menawarkan Hal-Hal Baru Dalam Hidupmu
menawarkan hal baru
Hampir sama dengan poin sebelumnya, setiap cinta akan menawarkan hal yang baru – yang berbeda daripada sebelumnya. Lepas dari cinta pertamamu, kamu pun singgah pada cinta yang kedua. Kamu perlahan mulai mengenal pasangan yang saat ini mendampingimu. Mengerti selera musiknya, film-film kesukaannya, hingga makanan atau minuman yang jadi kegemarannya.
Berdampingan dengannya membuatmu tak ragu memasuki dunia baru; kenalan baru, teman-teman baru, dan keluarga baru misalnya. Banyak hal yang akhirnya menjadikanmu mau belajar atau setidaknya mau mengerti. Demi dia yang saat ini jadi bagian hidupmu, kamu tak enggan mencoba sesuatu yang sebelumnya belum pernah kamu tahu.

5. Cinta Bukan Matematika Atau Fisika, Ia Tak Akan Pernah Selesai dengan Rumus
cinta
Cinta bukanlah ilmu pasti, layaknya Matematika atau Fisika. Demi bisa mencintai dan dicintai kamu tak butuh rumus. Bagaimana kamu bisa menghadapi pasangan yang pemarah, kekanak-kanakan, atau posesif? Kamu akan tahu saat sudah benar-benar menjalani hubunganmu. Bahwa menjalin komitmen itu sama halnya seperti belajar; mengenal karakter pasangan sekaligus dirimu sendiri.
Bahkan, meskipun sudah baik-baik menjalani hubungan, tak ada jaminan bahwa segala sesuatunya akan lancar. Sudah demikian sabar menghadapi pasangan yang pemarah, bukan berarti hubunganmu akan langgeng. Cinta ibarat jalanan asing yang panjang dan gelap. Bersedia melewatinya berarti siap menata hati untuk menerima kejutan-kejutan yang sudah menantimu.

6. Tak Ada yang Salah Jika Kisah Cintamu Memang Harus Berakhir dengan Kata “Putus"
gagal
Layaknya kehidupan, cinta juga dihadapkan pada kemungkinan, ketidakpastian, dan perubahan. Bukan tidak mungkin jika sepasang kekasih yang dulu saling mencintai bisa berubah saling membenci atau bahkan enggan sekadar bertegur sapa. Saat hal ini terjadi, kamu dan pasanganmu pun sama-sama tak layak disalahkan.
Kadang, ada pasangan yang memang disatukan untuk kemudian dipisahkan. Sekeras apapun berusaha dan mencoba, pun akhirnya harus berpisah. Ya, cinta mungkin tak melulu soal akhir, tujuan, atau sebuah rumah yang bisa ditinggali bersama. Cinta bisa jadi sebuah perjalanan yang tak perlu disesali, tak boleh dianggap sia-sia, tapi sekadar dikenang dan dibanggakan. Bahwa kamu dan pasanganmu pernah demikian hebat berjuang demi cinta kalian, meskipun akhirnya harus menyerah kalah pada keadaan.

7. Ada Kalanya Kamu Harus Rela Menjadi Pihak yang Mencintai Lebih Dalam

mencintai lebih dalam
Hubungan cinta yang ideal selayaknya melibatkan dua orang dengan porsi cinta yang sama besarnya. Namun, tak jarang seseorang punya cinta yang besar, sedangkan pasangannya mencintai dengan biasa saja. Adakah salah satu harus merasa bersalah? Jawabannya tidak. Cinta, hati, perasaan, atau apapun itu tak layak dipersalahkan. Mereka akan terjadi begitu saja secara alami, tak perlu dibuat-buat.
Meskipun sedih melihat dia yang tak pernah berusaha segigih kamu untuk mempertahankan cinta kalian, kamu layak berbangga hati. Setidaknya, kamu sudah belajar mencintai dengan tulus – tanpa berharap balasan yang setimpal. Kelak, akan ada saat dimana pasanganmu pun menyadari bahwa dia tak pernah menemukan orang lain yang bisa mencintainya sehebat kamu.

8. Pada Akhirnya, Cinta Memang Tak Pernah Lunas Menawarkan Kebahagiaan
bahagia
Salah jika cinta dianggap selalu identik dengan kebahagiaan. Nyatanya, cinta seringkali menawarkan kekecewaan, penyesalan, rasa sedih, hingga depresi. Cinta yang bertepuk sebelah tangan atau cinta yang ditakdirkan untuk gagal bisa jadi pernah kamu rasakan. Tapi, cukupkah pengalaman ini membuatmu enggan mencintai atau dicintai lagi?
Cinta bisa jadi ibarat candu yang selalu membuatmu ingin mencoba. Bahkan, saat kamu bisa meraba akhir tragis perjalanan cintamu pun, kamu masih saja ikhlas melakoninya. Ya, cinta memang tak lunas menawarkan bahagia, tapi tak lantas pantas untuk dilewatkan begitu saja.

Nah, gimana? Apakah salah satu dari beberapa fakta cinta di atas pernah terjadi dalam hidupmu? Sudahkah pengalaman itu menjadikanmu lebih dewasa dan mawas diri? Apapan ceritamu, semoga kehidupan cinta yang berbahagia selalu menyertaimu, ya!

Monday, November 17, 2014

PEMUDA DAN SOSIAL MEDIA


Pemuda adalah golongan manusia-manusia muda yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan mengisi pembangunan yang kini telah berlangsung, pemuda di Indonesia dewasa ini sangat beraneka ragam, terutama bila dikaitkan dengan kesempatan pendidikan. Keragaman tersebut pada dasarnya tidak mengakibatkan perbedaan dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda.
Pengelompokkan pemuda di Indonesia
Ditinjau dari kelompok umur, maka pemuda Indonesia adalah sebagai berikut,
  1.         Masa bayi       : 0 – 1 tahun
  2.         Masa anak      : 1 – 12 tahun
  3.         Masa puber     : 12-15 tahun
  4.          Masa pemuda : 15-21 tahun
  5.          Masa dewasa  : 21 tahun keatas

Dilihat dari segi budaya atau fungsionalnya maka dilihat sebagai berikut :
  1.          Golongan anak            : 0-12 tahun
  2.          Golongan remaja        : 13-18 tahun
  3.          Golongan dewasa       : 18(21) tahun keatas

Ada pula pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga serta ruang lingkup tempat pemuda berada terdiri atas 3 kategori yaitu :
  1.        Siswa, usia antara 6-18 tahun, masih duduk di bangku sekolah
  2.      Mahasiswa usia antara 18-25 tahun, berada di perguruan tinggi dan akademi
  3.    Pemuda di luar lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi yaitu mereka yang berusia 15- tahun keatas.

Dan kali ini penulis akan membahas pemuda dengan sosial media yang ada saat ini sedang menjadi sebuah tren.

Pemuda dan sosial media atau jejaring sosial menjadi dua hal yang tidak terpisahkan di era globalisasi saat ini. Setiap pemuda pasti memiliki jejaring sosial minimal satu jejaring. Dengan adanya jejaring sosial ini kita dapat berkomunikasi dengan teman lama atau pun orang yang baru dikenal. Namun tidak jarang juga jejaring sosial ini memiliki dampak negatif buat penggunanya. 

Berikut rangkuman dampak positif dan negatif dari adanya sosial media/jejaring sosial.

DAMPAK POSITIF
  1.      Memperluas jaringan pertemanan, anak dan remaja akan menjadi lebih mudah berteman dengan orang lain di seluruh dunia, meski sebagian besar diantaranya belum pernah mereka temui secara langsung.
  2.     Anak dan remaja akan termotivasi untuk belajar mengembangkan diri melalui teman-teman yang mereka jumpai secara online, karena di sini mereka berinteraksi dan menerima umpan balik satu sama lain.
  3.      Situs jejaring social membuat anak dan remaja menjadi lebih bersahabat, perhatian, dan simpati, misalnya memberi perhatian saat ada teman mereka yang ulang tahun, mengomentari foto, video dan status teman mereka, menjaga hubungan persahabatan meski tidak dapat bertemu secara fisik.
  4.      Media pertukaran data : dengan menggunakan email, newsgroup, ftp dan www (world wide web : jaringan situs-situs web) para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat dan murah.
  5.       Anak dan remaja dapat belajar mengembangkan keterampilan teknis dan social yang sangat di butuhkan di zaman digital seperti sekarang ini. Mereka akan belajar bagaimana cara beradaptasi,bersosialisai dengan public dan mengelola jaringan pertemanan.


Namun selain dampak positif dari jejaring sosial ada pula dampak negatifnya.
1
  1.    Anak dan remaja menjadi malas belajar berkomunikasi di dunia nyata. Tingkat pemahaman bahasa pun menjadi terganggu.
  2.    Dengan selalu mementingkan sosial media membuat pemuda menjadi individualis dalam bersosialisasi di dunia nyata. Mereka menjadi tidak sadar akan lingkungan sekitar mereka, karena kebanyakan menghabiskan waktu di internet. Hal ini dapat mengakibatkan anak menjadi kurang berempati di dunia nyata.
  3.         Ketergantungan/adiksi yang bisa menyebabkan penggunanya menjadi autis
  4.      Pornografi : Anggapan yang mengatakan bahwa internet identik dengan pornografi, memang tidak salah. Dengan kemampuan penyampaian informasi yang dimiliki internet, pornografi pun merajalela.
  5.     Bagi anak dan remaja, tidak ada aturan ejaan dan tata bahasa di jejaring social. Hal ini akan membuat mereka semakin sulit membedakan anatara berkomunikasi di situs jejaring social dan dunia nyata. Hal ini tentunya akan mempengaruhi keterampilan menulis mereka di sekolah dalam hal ejaan dan tata bahasa.
  6.     Kebebasan pemuda dalam berekspresi didunia maya menyebabkan hilangnya norma-norma yang sudah dianut, seperti berbicara secara santun dan sebagainya.
  7.       Berubahnya pola masyarakat dalam berinteraksi dengan sesamanya
  8.      Perjudian : Dampak lainnya adalah meluasnya perjudian. Dengan jaringan yang tersedia, para penjudi tidak perlu pergi ke tempat khusus untuk memenuhi keinginannya. Anda hanya perlu menghindari situs seperti ini, karena umumnya situs perjudian tidak agresif dan memerlukan banyak persetujuan dari pengunjungnya.



Referensi :



Monday, October 13, 2014

PERMASALAHAN PENDUDUK DI INDONESIA

Penduduk adalah orang yang berada di dalam suatu wilayah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus. Dalam sosiologim penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.

Indonesia merupakkan negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke-4 setelah Amerika Serikat. Selain jumlah penduduknya yang besar, luasnya negara kepulauan dan tidak meratanya penduduk membuat Indonesia semakin banyak mengalami permasalahan terkait denan hal kependudukan.

Adapun masalah-masalah kependudukan yang dialami oleh Indonesia antara lain :

1. Besarnya Jumlah Penduduk (Over Population)

Telah disebutkan sebelumnya di awal bahwa jumlah penduduk Indonesia berada di urutan ke empat terbesar di dunia setelah berturut-turut China, India, Amerika Serikat dan keempat adalah Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka 237.641.326 (www.bps.go.id). Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia semakin bertambah. Dari sensus tahun 1971-2010, jumlah penduduk Indonesia semakin bertambah.

Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1995, 2000 dan 2010

Provinsi
Penduduk
1995
2000
2010
Aceh
3847583
3930905
4494410
Sumatera Utara
11114667
11649655
12982204
Sumatera Barat
4323170
4248931
4846909
Riau
3900534
4957627
5538367
Jambi
2369959
2413846
3092265
Sumatera Selatan
7207545
6899675
7450394
Bengkulu
1409117
1567432
1715518
Lampung
6657759
6741439
7608405
Kepulauan Bangka Belitung
-
900197
1223296
Kepulauan Riau
-
-
1679163
DKI Jakarta
9112652
8389443
9607787
Jawa Barat
39206787
35729537
43053732
Jawa Tengah
29653266
31228940
32382657
DI Yogyakarta
2916779
3122268
3457491
Jawa Timur
33844002
34783640
37476757
Banten
-
8098780
10632166
Bali
2895649
3151162
3890757
Nusa Tenggara Barat
3645713
4009261
4500212
Nusa Tenggara Timur
3577472
3952279
4683827
Kalimantan Barat
3635730
4034198
4395983
Kalimantan Tengah
1627453
1857000
2212089
Kalimantan Selatan
2893477
2985240
3626616
Kalimantan Timur
2314183
2455120
3553143
Sulawesi Utara
2649093
2012098
2270596
Sulawesi Tengah
1938071
2218435
2635009
Sulawesi Selatan
7558368
8059627
8034776
Sulawesi Tenggara
1586917
1821284
2232586
Gorontalo
-
835044
1040164
Sulawesi Barat
-
-
1158651
Maluku
2086516
1205539
1533506
Maluku Utara
-
785059
1038087
Papua Barat
-
-
760422
Papua
1942627
2220934
2833381
INDONESIA
194754808
206264595
237641326


Catatan : Termasuk Penghuni Tidak Tetap (Tuna Wisma, Pelaut, Rumah Perahu, dan Penduduk Ulang-alik/Ngelaju)
Sumber : Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995

Masalah yang muncul terkait dengan jumlah penduduk yang besar adalah dalam penyedian lapangan pekerjaan. Kebutuhan akan bahan pokok menuntut orang untuk berkerja dan mencari nafkah. Namun, penyedia lapangan kerja sangatlah minim. Yang menjadi masalah adalah penduduk lebih senang untuk menggantungkan diri terhadap pekerjaan dan cenderung mencari pekerjaan daripada membuka lapangan pekerjaan. Hal ini menyebabkan masalah baru yaitu pengangguran. Apabila jumlah pengangguran ini tinggi, maka rasio ketergantungan tinggi sehingga negara memiliki tanggungan yang besar untuk penduduknya yang dapat menghambat pembangunan dan menyebabkan tingkat kemiskinan menjadi tinggi.

Jumlah penduduk yang besar memiliki andil dalam berbagai permasalahan lingkungan dan aspek lainnya. Jumlah penduduk yang besar tentunya membutuhkan ruang yang lebih luas dan juga kebutuhan yang lebih banyak namun lahan dan juga wilayah Indonesia tidaklah bertambah. Oleh karena itu, perencaan yang matang sangatlah diperlukan guna penentuan kebijakan terkait dengan besarnya jumlah penduduk Indonesia.

2. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk

Besarnya jumlah penduduk di Indonesia tidak lepas dari faktor tingginya tingkat pertumbuhan penduduk. Berikut data statistik mengenai kepadatan penduduk/km2 tiap tahun yang saya kutip dari bps.go.id .

Provinsi
Kepadatan Penduduk per km2
2005 5
2006
2007 6
2008 6
2009 6
2010
Aceh
72
78
75
76
77
78
Sumatera Utara
171
172
177
180
182
178
Sumatera Barat
108
108
111
113
114
115
Riau
55
54
58
59
60
64
Kepulauan Riau
158
15
172
180
187
205
Jambi
58
50
60
61
62
62
Sumatera Selatan
113
74
116
118
120
81
Kepulauan Bangka Belitung
65
66
67
68
69
74
Bengkulu
79
79
82
83
84
86
Lampung
188
204
193
196
199
220
DKI Jakarta
12012
13499
12245
12355
12459
14469
Jawa Barat
1060
1146
1092
1108
1124
1217
Banten
1006
1066
1045
1065
1085
1100
Jawa Tengah
972
989
987
995
1002
987
DI Yogyakarta
1074
1064
1096
1107
1118
1104
Jawa Timur
781
764
790
794
798
784
Bali
625
609
639
645
652
673
Nusa Tenggara Barat
211
211
218
221
225
242
Nusa Tenggara Timur
93
92
96
98
100
96
Kalimantan Barat
34
28
35
35
36
30
Kalimantan Tengah
13
13
13
13
14
14
Kalimantan Selatan
85
77
87
89
90
94
Kalimantan Timur
15
13
16
16
16
17
Sulawesi Utara
154
141
157
158
160
164
Gorontalo
77
77
79
80
81
92
Sulawesi Tengah
34
37
35
36
36
43
Sulawesi Selatan
162
87
167
169
171
172
Sulawesi Barat
59
11
61
61
63
69
Sulawesi Tenggara
53
52
55
56
58
59
Maluku
27
27
27
28
29
33
Maluku Utara
23
30
24
24
25
32
Papua
6
8
7
7
7
9
Papua Barat
6
22
6
6
6
8
Indonesia
118
118
121
123
124
124

Semakin besar persentase kenaikannya maka semakin besar jumlah penduduknya. Kenaikan ini tentunya membawa dampak bagi kependudukan Indonesia. Dalam penentuan kebijakan semakin banyak yang perlu dipertimbangkan baik dalam hal penyediaan berbagai sarana dan prasarana, fasilitas-fasilitas umum dan yang terpenting adalah kebijakan dalam rangka mengurangi laju pertumbuhan yang ada di Indonesia. Dari situlah muncul program KB dan kini ditangani oleh BKKBN.
Seperti yang dilansir oleh www.datastatistik-indonesia.com , Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1  juta pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta pada tahun 2025 (Tabel 3.1). Walaupun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode 2000-2025 menunjukkan kecenderungan terus menurun. Dalam dekade 1990-2000, penduduk Indonesia bertambah dengan kecepatan 1,49 persen per tahun, kemudian antara periode 2000-2005 dan 2020-2025 turun menjadi 1,34 persen dan  0,92 persen per tahun. Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian, namun penurunan karena kelahiran lebih cepat daripada penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 15 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi, sedangkan Crude Death Rate (CDR) tetap sebesar 7 per 1000 penduduk dalam kurun waktu yang sama. Berikut penjelasannya melalui tabel.

Tabel Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025

Propinsi
2000
2005
2010
2015
2020
2025
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
11. NANGGROE ACEH DARUSSALAM
3,929.3
4,037.9
4,112.2
4,166.3
4,196.5
4,196.3
12. SUMATERA UTARA
11,642.6
12,452.8
13,217.6
13,923.6
14,549.6
15,059.3
13. SUMATERA BARAT
4,248.5
4,402.1
4,535.3
4,693.4
4,785.4
4,846.0
14. RIAU
4,948.0
6,108.4
7,469.4
8,997.7
10,692.8
12,571.3
15. JAMBI
2,407.2
2,657.3
2,911.7
3,164.8
3,409.0
3,636.8
16. SUMATERA SELATAN
6,210.8
6,755.9
7,306.3
7,840.1
8,369.6
8,875.8
17. BENGKULU
1,455.5
1,617.4
1,784.5
1,955.4
2,125.8
2,291.6
18. LAMPUNG
6,730.8
7,291.3
7,843.0
8,377.4
8,881.0
9,330.0
19. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
900.0
971.5
1,044.7
1,116.4
1,183.0
1,240.0
31. DKI JAKARTA
8,361.0
8,699.6
8,981.2
9,168.5
9,262.6
9,259.9
32. JAWA BARAT
35,724.0
39,066.7
42,555.3
46,073.8
49,512.1
52,740.8
33. JAWA TENGAH
31,223.0
31,887.2
32,451.6
32,882.7
33,138.9
33,152.8
34. D I YOGYAKARTA
3,121.1
3,280.2
3,439.0
3,580.3
3,694.7
3,776.5
35. JAWA TIMUR
34,766.0
35,550.4
36,269.5
36,840.4
37,183.0
37,194.5
36. BANTEN
8,098.1
9,309.0
10,661.1
12,140.0
13,717.6
15,343.5
51. B A L I
3,150.0
3,378.5
3,596.7
3,792.6
3,967.7
4,122.1
52. NUSA TENGGARA BARAT
4,008.6
4,355.5
4,701.1
5,040.8
5,367.7
5,671.6
53. NUSA TENGGARA TIMUR
3,823.1
4,127.3
4,417.6
4,694.9
4,957.6
5,194.8
61. KALIMANTAN BARAT
4,016.2
4,394.3
4,771.5
5,142.5
5,493.6
5,809.1
62. KALIMANTAN TENGAH
1,855.6
2,137.9
2,439.9
2,757.2
3,085.8
3,414.4
63. KALIMANTAN SELATAN
2,984.0
3,240.1
3,503.3
3,767.8
4,023.9
4,258.0
64. KALIMANTAN TIMUR
2,451.9
2,810.9
3,191.0
3,587.9
3,995.6
4,400.4
71. SULAWESI UTARA
2,000.9
2,141.9
2,277.2
2,402.8
2,517.2
2,615.5
72. SULAWESI TENGAH
2,176.0
2,404.0
2,640.5
2,884.2
3,131.2
3,372.2
73. SULAWESI SELATAN
8,050.8
8,493.7
8,926.6
9,339.9
9,715.1
10,023.6
74. SULAWESI TENGGARA
1,820.3
2,085.9
2,363.9
2,653.0
2,949.6
3,246.5
75. GORONTALO
833.5
872.2
906.9
937.5
962.4
979.4
81. M A L U K U
1,166.3
1,266.2
1,369.4
1,478.3
1,589.7
1,698.8
82. MALUKU UTARA
815.1
890.2
969.5
1,052.7
1,135.5
1,215.2
94. PAPUA
2,213.8
2,518.4
2,819.9
3,119.5
3,410.8
3,682.5


3. Persebaran Penduduk Tidak Merata

Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk disuatu wilayah dibandingkan dengan luas wilayahnya yang dihitung jiwa per km kuadrat. Berdasarkan sensus penduduk dan survey penduduk, persebaran penduduk Indonesia antar provinsi yang satu dengan provinsi yang lain tidak merata.

Di Indonesia sendiri terjadi konsentrasi kepadatan penduduk yang berpusat di Pulau Jawa. Hampir lebih dari 50% jumlah penduduk Indonesia mendiami Jawa. Hal ini menjadi masalah apabila pusat pemerintahan, informasi, trasportasi, ekonomi, dan berbagai fasilitas hanya berada di satu wilayah. Penduduk akan berusaha untuk melakukan migrasi dan akhirnya akan berdampak pada permasalahan pemerataan pembangunan.

Faktor faktor yang menyebabkan terjadinya persebaran penduduk:

  • Kesuburan tanah, daerah atau wilayah yang ditempati banyak penduduk, karena dapat dijadikan sebagai lahan bercocok tanam dan sebaliknya.
  • Iklim, wilayah yang beriklim terlalu panas, terlalu dingin, dan terlalu basah biasanya tidak disenangi sebagai tempat tinggal
  • Topografi atau bentuk permukaan tanah pada umumnya masyarakat banyak bertempat tinggal di daerah datar
  • Sumber air
  • Perhubangan atau transportasi
  • Fasilitas dan juga pusat-pusat ekonomi, pemerintahan, dll.

SOLUSI

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan dalam rangka memberikan solusi untuk menekan jumlah penduduk yang ada di Indonesia, diantaranya :

  •       Transmigrasi, merupakan perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain dalam wilayah Indonesia umumnya orang-orang yang mengikuti program transmigrasi berasal dari Jawa, Madura, dan Bali, mereka biasanya ditempatkan di Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, dan di bagian Nusantara yang masih jarang penduduk. Sebagai contoh adalah pulau Kalimantan yang berukuran besar namun masih jarang penduduk.
  •      Melaksanakan program KB atau Keluarga Berencana untuk mengurangi jumlah anak yang dipunyai dalam suatu keluarga.
  •       Menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang banyak
  •       Peningkatan kesadaran akan pendidikan kependudukan
  •      Pemerintahan yang Desentralisasi, artinya menjalankan pemerintahan yang tidak terpusat hanya di suatu wilayah yang hanya akan mengakibatkan penduduk menetap di pusat suatu negara.


Sumber referensi :
hamimincore.blogdetik.com/2013/05/25/masalah-kependudukan-di-indonesia/
http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?option=com_content&task=view&id=919