Tuesday, December 2, 2014

REFLEKSI MENGENAI KONFLIK ANTAR AGAMA

Tahun-tahun belakangan ini konflik antar agama naik persentasenya di dunia berdasarkan studi yang ada. Di indonesia pun masalah antar suku beragama ini masih sering terjadi dan terus ada. Survei Pew Research Center menemukan bahwa sepertiga dari 198 negara yang mereka teliti mengalami konflik agama yang tinggi atau bahkan sangat tinggi.

Konflik agama itu termanifestasi antara lain dalam bentuk kekerasan sektarian terorisme atau intimidasi sepanjang 2012. Persentase itu lebih tinggi dibandingkan 29 persen pada tahun sebelumnya atau 20 persen pada 2010.
Biasanya konflik muncul pada agama mayoritas, dalam hal ini adalah Islam dan Kristen. Berbeda dengan Hindu dan Buddha serta agama lokal yang memperlihatkan tingkat permusuhan yang lebih rendah.

Menurut Pew Centre ada lima negara yang paling melakukan pembatasan atas kebebasan beragama, yaitu Mesir, Cina, Iran, Arab Saudi dan Indonesia juga termasuk.
Sebagai contohnya adalah Eropa, yang menunjukkan kenaikan terbesar dalam kebencian agama, akibat meningkatnya pelecehan terhadap perempuan karena pakaian mereka yang diasosiasikan terhadap agama tertentu.
Selain itu, kasus penyerangan atas kelompok minoritas antara lain pembunuhan atas seorang rabbi dan tiga anak-anak Yahudi oleh seorang Islamis radikal di Prancis, membuat benua ini mencatat kenaikan sikap permusuhan rata-rata terbesar di dunia.
Pew menemukan bahwa tingkat kebencian antar agama, tertinggi terjadi di Pakistan, Afghanistan, India, Somalia dan Israel.
Kelompok Islamis radikal di Pakistan, Afghanistan dan Somalia dikenal sering menyerang kelompok mainstream Muslim atau minoritas Kristen. Sementara di India, kebencian muncul karena adanya ketegangan antara kelompok mayoritas Hindu dengan kelompok Muslim dan Kristen.
 

Memang benar maksud dari gambar diatas. Jika semua agama yang ada di bumi ini mengajarkan apa yang dinamakan ‘kedamaian’, lalu mengapa sampai sekarang semua agama itu tidak mendapatkan sebuah ‘kedamaian’ itu?

Pada bagian ini akan diuraikan sebab terjadinya konflik antar masyarakat beragama khususnya yang terjadi di Indonesia dalam perspektif sosiologi agama.

Hendropuspito mengemukakan bahwa paling tidak ada empat hal pokok sebagai sumber konflik sosial yang bersumber dari agama.1457

Dengan menggunakan kerangka teori Hendropuspito, penulis ingin menyoroti konflik antar kelompok masyarakat Islam - Kristen di Indonesia, dibagi dalam empat hal, yaitu:

A. Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental

Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-masing menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab dari benturan itu.

Entah sadar atau tidak, setiap pihak mempunyai gambaran tentang ajaran agamanya, membandingkan dengan ajaran agama lawan, memberikan penilaian atas agama sendiri dan agama lawannya. Dalam skala penilaian yang dibuat (subyektif) nilai tertinggi selalu diberikan kepada agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan lawan dinilai menurut patokan itu.

Agama Islam dan Kristen di Indonesia, merupakan agama samawi (revealed religion), yang meyakini terbentuk dari wahyu Ilahi Karena itu memiliki rasa superior, sebagai agama yang berasal dari Tuhan.
Di beberapa tempat terjadinya kerusuhan kelompok masyarakat Islam dari aliran sunni atau santri. Bagi golongan sunni, memandang Islam dalam keterkaitan dengan keanggotaan dalam umat, dengan demikian Islam adalah juga hukum dan politik di samping agama. Islam sebagai hubungan pribadi lebih dalam artian pemberlakuan hukum dan oleh sebab itu hubungan pribadi itu tidak boleh mengurangi solidaritas umat, sebagai masyarakat terbaik di hadapan Allah. Dan mereka masih berpikir tentang pembentukan negara dan masyarakat Islam di Indonesia. Kelompok ini begitu agresif, kurang toleran dan terkadang fanatik dan malah menganut garis keras.1458

Karena itu, faktor perbedaan doktrin dan sikap mental dan kelompok masyarakat Islam dan Kristen punya andil sebagai pemicu konflik.

B. Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama

Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar jurang permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam masyarakat.

Contoh di wilayah Indonesia, antara Suku Aceh dan Suku Batak di Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan Suku Batak yang beragama Kristen; kedua suku itu hampir selalu hidup dalam ketegangan, bahkan dalam konflik fisik (sering terjadi), yang merugikan ketentraman dan keamanan.
Di beberapa tempat yang terjadi kerusuhan seperti: Situbondo, Tasikmalaya, dan Rengasdengklok, massa yang mengamuk adalah penduduk setempat dari Suku Madura di Jawa Timur, dan Suku Sunda di Jawa Barat. Sedangkan yang menjadi korban keganasan massa adalah kelompok pendatang yang umumnya dari Suku non Jawa dan dari Suku Tionghoa. Jadi, nampaknya perbedaan suku dan ras disertai perbedaan agama ikut memicu terjadinya konflik.

C. Perbedaan Tingkat Kebudayaan

Agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan membuktikan perbedaan budaya berbagai bangsa di dunia tidak sama. Secara sederhana dapat dibedakan dua kategori budaya dalam masyarakat, yakni budaya tradisional dan budaya modern.

Tempat-tempat terjadinya konflik antar kelompok masyarakat agama Islam - Kristen beberapa waktu yang lalu, nampak perbedaan antara dua kelompok yang konflik itu. Kelompok masyarakat setempat memiliki budaya yang sederhana atau tradisional: sedangkan kaum pendatang memiliki budaya yang lebih maju atau modern. Karena itu bentuk rumah gereja lebih berwajah budaya Barat yang mewah.
Perbedaan budaya dalam kelompok masyarakat yang berbeda agama di suatu tempat atau daerah ternyata sebagai faktor pendorong yang ikut mempengaruhi terciptanya konflik antar kelompok agama di Indonesia.

D. Masalah Mayoritas dan Minoritas Golongan Agama

Fenomena konflik sosial mempunyai aneka penyebab. Tetapi dalam masyarakat agama pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayoritas dan minoritas golongan agama.

Di berbagai tempat terjadinya konflik, massa yang mengamuk adalah beragama Islam sebagai kelompok mayoritas; sedangkan kelompok yang ditekan dan mengalami kerugian fisik dan mental adalah orang Kristen yang minoritas di Indonesia. Sehingga nampak kelompok Islam yang mayoritas merasa berkuasa atas daerah yang didiami lebih dari kelompok minoritas yakni orang Kristen. Karena itu, di beberapa tempat orang Kristen sebagai kelompok minoritas sering mengalami kerugian fisik, seperti: pengrusakan dan pembakaran gedung-gedung ibadat.

Padahal secara garis besarnya, semua permasalahan agama tersebut dapat ditekan jika dari manusia nya sendiri memiliki respect atau rasa saling menghargai.


Persamaan derajat adalah persamaan yang dimiliki oleh diri pribadi kepada diri orang lain ataupun masyarakat,biasanya persamaan derajat itu dapat dinyatakan dengan HAM Hak Asasi Manusia yang telah diatur dalam UU.

PASAL-PASAL DI DALAM UUD 45 TENTANG PERSAMAAN HAK :

  1.       pasal 1
  2.          pasal 2 ayat 1
  3.          pasal 7


Sebagai warga negara yang baik kita harus menjunjung tinggi persamaan derajat diantara kita, terlebih dalam urusan beragama. Bukan hanya untuk kita saja, tetapi untuk orang lain juga.
Agar ajaran di setiap masing-masing agama mengenai ‘kedamaian’ dapat kita dapatkan dalam hidup kita.
Sebagai contoh baru-baru ini seorang paus, yang notabene pemuka agama kristen di vatikan menyerukan untuk menghilangkan paradigma masyarakat kepada Islam kalau Islam merupakan agama yang penuh kekerasan. Seperti yang dilansir oleh Daily Mail pada 12/1 lalu.

Paus Fransiskus kecam mereka yang menghina Islam

Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Fransiskus juga menyerukan agar pemimpin muslim mengecam ekstrimis untuk membantu menghilangkan anggapan Islam sebagai agama yang penuh kekerasan. "Selama berkunjung ke Turki saya sangat mengerti kegundahan muslim lantaran banyak warga Barat menyamakan agama mereka dengan terorisme," ujar Fransiskus.

Ucapan Fransiskus bertentangan dengan pendahulunya Paus Benediktus XVI yang mengatakan Islam penuh kekerasan pada 2006 dan menyebabkan kecaman keras pada Vatikan. Fransiskus pun meminta maaf atas ucapan Benediktus XVI.

Namun kekerasan atas nama Islam kembali bergema terutama saat kelompok Negara Islam untuk Irak dan Syam (ISIS) bikin onar. Mereka membunuh siapa saja, warga muslim maupun agama lain yang tidak sepaham dengan keyakinan mereka yakni sunni radikal.

Paus asal Argentina ini telah bekerja sama dengan sejumlah tokoh muslim untuk menyebarkan perdamaian di Timur Tengah. Fransiskus juga mengecam siapa pun menyerang Islam sebagai reaksi atas terorisme. "Kalian tidak bisa berbicara kasar pada umat Islam dan menjelek-jelekkan Alquran. Kitab suci itu sebuah buku yang mengajarkan perdamaian dan cinta kasih," Frasiskus menegaskan.

Anda bisa lihat bukan? Masih ada orang yang ingin melihat dunia dengan kepercayaan yang berdampingan menjalani hidup ini. Bahkan orang yg bukan dari agama tersebut membela agama lain. Mulailah dari sekarang memberikan respect kita kepada agama lain.



Referensi :








No comments:

Post a Comment