Tuesday, December 2, 2014

HAL YANG PERLU DIKETAHUI SEBELUM BILANG "CINTA TAK HARUS MEMILIKI"

Setiap orang pasti pernah merasakan cinta. Cinta dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah cinta kepada lawan jenis, yang seringkali bikin kita galau seharian. Dari cerita cinta yang mulus-mulus saja sampai cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Dalam urusan cinta, terkadang beberapa orang beranggapan bahwa “Cinta tidaklah harus memiliki.” Benarkah seperti itu? Bukankah cinta itu akan tumbuh berkembang ketika kita sudah memilikinya? Lalu, bagaimanakah seharusnya kita menyikapi cinta? Nah, kali ini Hipwee akan memberi pandangan baru bagimu yang terus percaya bahwa cinta tak harus memiliki.

1. Cinta Selalu Datang Sepaket Dengan Keinginan Untuk Menjaga. Lalu Apa Yang Kamu Jaga Kalau Kamu Tidak Memilikinya?

Lalu apa yang akan kamu jaga?

Rasa ingin menjaga adalah turunan dari rasa sayang dan cinta pada seseorang. Saat kamu mencintai seseorang, harapan atas kebaikan dirinya terus berdatangan. Kamu berharap dia hidup tenang, makan kenyang, hingga menginginkan agar dia setia dan tidak berpaling ke lain hati. Pertanyaannya, bagaimana jika kamu tidak bisa memiliki orang yang kamu sayangi itu?
Kalau kamu tidak  memilikinya, lantas apa yang akan kamu jaga? Bagaimana kamu memperhatikan keadaanya ketika kamu tidak punya hak apa-apa padanya?
Saat ternyata situasi berubah, dia jatuh cinta pada yang lain, kamu ditinggalkan, lantas kamu tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Bisa saja terjadi ‘kan? Lalu bagaimana kamu bisa menjaga hal yang itu tidak kamu miliki? Ibaratnya, bagaimana kamu akan menjaga perhiasan idamanmu, sedangkan kamu tidak berusaha untuk memilikinya dengan membelinya di toko? Imposible. Dengan memilikinya, kamu bisa menjaganya dengan lebih baik. Dengan memilikinya, kamu bisa menjaga cinta agar untuk tumbuh berkembang dengan indah.

2.  Cinta Itu Ada Untuk Menentramkan Jiwa. Pertanyaannya, Ketika Cinta Itu Tidak Kita Miliki, Apakah Hatimu Akan Tentram?

Cinta untuk menentramkan jiwa

Pada hakikatnya, cinta dan komitmen ada untuk menenteramkam jiwa. Dengan memiliki seseorang yang selalu bisa diandalkan kamu tidak lagi perlu takut sendirian. Selalu ada orang yang bisa diajak berbincang pun dimintai pendapatnya dalam setiap kesempatan. Mengetahui ada seseorang yang selalu setia di sisi memang menenangkan hati.
Keadaan berbeda terjadi ketika kamu merasa bahwa cinta tidak harus dimiliki. Tidak memiliki cinta berarti kamu membebaskan dia untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Tak ada kewajiban untuk saling mejaga hati dan saling memperhatikan. Buat apa? Toh masing-masing dari kalian sama-sama tidak punya ikatan yang melekatkan.
Merasa cinta tidak harus dimiliki menuntut keberanian tinggi untuk rela berbesar hati — saat melihat orang yang kamu sayangi sepenuh hati memperhatikan orang lain, mengikhlaskan perhatianmu tidak mendapatkan tanggapan sesuai harapan. Sesabar apakah dirimu hingga bisa berlaku seperti ini? Cukup lapangkah hatimu hingga mampu terus meredam kekhawatiran dan rasa takut kehilangan?
Jika sudah begini, apa yang dicari dari sebuah cinta — jika ketenangan dan kenyamanan darinya saja sudah tak ada.

3. Mencintai Apa Yang Tidak Kamu Miliki Terkadang Membuatmu Hanya Fokus Pada Angan Yang Tidak Ada Habisnya.

Kamu menunggu perempuan datang padamu, mas?

Selama ini kamu hanya mencintainya sendirian? Kamu hanya diam dan menunggu dia datang? Lantas kamu lebih sering berlindung pada kata-kata tidak semua cinta harus memiliki. Mungkin itu bukan cinta, tapi kebanyakan ngarep. Kamu selalu dihantui angan-angan, berharap untuk selalu memilikinya, tapi kamu tidak pernah memperjuangankan apa-apa.
Ibaratnya kamu hanya melihat sesuatu yang kamu idamkan di etalase, sedangkan kamu hanya melintasinya tanpa pernah menanyakanya apakah perhiasan itu dijual? Harganya berapa? Boleh dibeli atau tidak? Kalau kamu benar-benar cinta, berarti kamu bukan hanya suka melihat, tapi juga ingin menjaga, memperhatian, merawat, dan semua itu memang butuh pengorbanan.
Meyakini bahwa cinta tidak harus dimiliki sepatutnya membuatmu bertanya:
Apakah ini benar-benar cinta? Atau sekadar angan-angan yang enggan diperjuangkan saja? 

4. Ungkapan “Kalau Jodoh Memang Tidak Akan Kemana” Seharusnya Bukan Jadi Pembenaran Untukmu yang Malas Berusaha

Kutunggu jandamu saja

Konsep jodoh tidak akan kemana sebenarnya memberikan kita harapan bahwa di luar sana ada 1 manusia yang memang tertakdirkan untuk kita. Tapi keyakinan macam ini harusnya tidak lantas membuat kita merasa sah untuk diam saja tanpa melakukan apa-apa. Memang benar, jodoh tidak akan kemana-mana. Tapi bukan berarti juga kita hanya berdiam diri di rumah tanpa melihat dunia, mencoba mendapatkan jodoh kita dengan membuka hati kita pada orang lain.
Konsep “jodoh tidak akan kemana” seharusnya membuatmu lebih giat berusaha. Bukannya berlindung di balik keyakinan bahwa dia akan datang tanpa perlu banyak usaha di baliknya. Percaya bahwa orang yang tepat pasti datang itu boleh-boleh saja. Hanya, jangan gunakan konsep ini sebagai pembenaran untuk tidak mengusahakan cinta yang sudah menggelora di dada.

5. Kamu Bahagia Melihat Dia Bahagia Dengan Orang Lain. Yakin? Ini Pembelaan Atau Menyerah Pada Keadaan?

kamu cemburu? merasa kehilangan?

Saat kamu mencintai seseorang namun tidak memperjuangkannya, lantas dia mungkin saja akan bersama dengan orang lain. Tameng yang selalu kamu lontarkan adalah
Aku bahagia melihat dia bahagia.” 
Mungkin benar ada beberapa orang yang bisa ikhlas. Mereka yang bener-benar punya hati lapang atau mereka yang cintanya hanya seujung kuku. Coba deh, jujur pada hatimu. Apakah kamu benar-benar tidak keberatan melihatnya menyelipkan jari di sela-sela genggaman orang lain? Tidakkah kamu ingin mendampinginya setiap waktu, melihatnya bercerita dan berbagi pengalaman bersama sepanjang waktu?
Ketika rasa tidak lagi ingin memiliki itu datang, bisa jadi kamu hanya sedang takut atau bahkan malas berjuang. Sehingga berusaha mencari pembenaran yang menenteramkan.

6. Kalau Kamu Berani Mencintai, Itu Artinya Kamu Harus Berani Memperjuangkannya Untuk Kamu Miliki

Berani mencintai, berani memperjuangkanya

Cinta itu adalah anugerah yang diberikan Tuhan agar kita merasakan ketentraman dari sesama manusia. Jika kamu merasa dia baik, cintamu juga baik, cinta kalian pantas untuk diwujudkan, apa salahnya untuk diperjuangkan? Kalau kamu pasrah-pasrah saja, ya sudah lebih baik kamu urungkan saja niatmu untuk mencintai seseorang.
Berlindung di balik rasa enggan berjuang justru bisa membuatmu tersiksa sendiri karena angan-angan yang tidak pernah selesai diwujudkan. Gak jarang kamu justru menuduh dia mempermainkan hatimu, si Pemberi Harapan Palsu, atau segala macam tuduhan lain. Daripada terjebak perasaan yang menyakitkan macam ini, mulai sekarang cobalah lebih berani.
Jika suka, tunjukkan!
Jika sayang, ungkapkan.
Kalau sudah siap, ajak dia serius.
Saat belum berani, maka ini tandanya kamu harus lebih giat memantaskan diri.

7. Saat Kamu Memang Tidak Bisa Memiliki Fisiknya — Setidaknya, Milikilah Dia Dalam Doamu.

Yakin?

Ya, setiap apa yang ada di dunia ini memang tidaklah absen dari kehendak Tuhan. Lantas, kita selalu berdiam diri dan bilang, “Biarlah Tuhan yang menjaganya dalam doa.”  Ini tentu tidak ada salahnya. Sah-sah saja jika kamu menitipkannya pada perlindungan paling baik yang bisa diberikan oleh Sang Pencipta.
Tapi ingat, Tuhan juga menyuruh kita untuk berusaha. Usaha yang bisa kamu lakukan adalah memantaskan diri. Serta tak lupa terus membawa dia dalam setiap doa yang kamu panjatkan padaNya. Jika memang kamu belum bisa memiliki fisik dan hatinya dengan nyata, paling tidak kamu mengupayakan ia lewat doa….

Nah, masih berdiam diri untuk menutup diri dan berpedoman pada cinta tidak harus memiliki? Barangkali cintamu hanyalah sebesar remah-remah roti yang sebentar hilang terbawa angin. Kalau kamu benar-benar mencintai, itu berarti kamu harus berani memperjuangkan untuk memilikinya. Kalau ternyata setelah kamu berusaha, kamu masih saja tidak memilikinya, itu artinya dia bukan pasangan yang tepat untukmu. Dan pasti akan ada orang yang pas untuk menyeimbangi cintamu itu.
Being deeply loved by someone gives you strength, while loving someone deeply gives you courage. (Lao Tzu)



REFLEKSI MENGENAI KONFLIK ANTAR AGAMA

Tahun-tahun belakangan ini konflik antar agama naik persentasenya di dunia berdasarkan studi yang ada. Di indonesia pun masalah antar suku beragama ini masih sering terjadi dan terus ada. Survei Pew Research Center menemukan bahwa sepertiga dari 198 negara yang mereka teliti mengalami konflik agama yang tinggi atau bahkan sangat tinggi.

Konflik agama itu termanifestasi antara lain dalam bentuk kekerasan sektarian terorisme atau intimidasi sepanjang 2012. Persentase itu lebih tinggi dibandingkan 29 persen pada tahun sebelumnya atau 20 persen pada 2010.
Biasanya konflik muncul pada agama mayoritas, dalam hal ini adalah Islam dan Kristen. Berbeda dengan Hindu dan Buddha serta agama lokal yang memperlihatkan tingkat permusuhan yang lebih rendah.

Menurut Pew Centre ada lima negara yang paling melakukan pembatasan atas kebebasan beragama, yaitu Mesir, Cina, Iran, Arab Saudi dan Indonesia juga termasuk.
Sebagai contohnya adalah Eropa, yang menunjukkan kenaikan terbesar dalam kebencian agama, akibat meningkatnya pelecehan terhadap perempuan karena pakaian mereka yang diasosiasikan terhadap agama tertentu.
Selain itu, kasus penyerangan atas kelompok minoritas antara lain pembunuhan atas seorang rabbi dan tiga anak-anak Yahudi oleh seorang Islamis radikal di Prancis, membuat benua ini mencatat kenaikan sikap permusuhan rata-rata terbesar di dunia.
Pew menemukan bahwa tingkat kebencian antar agama, tertinggi terjadi di Pakistan, Afghanistan, India, Somalia dan Israel.
Kelompok Islamis radikal di Pakistan, Afghanistan dan Somalia dikenal sering menyerang kelompok mainstream Muslim atau minoritas Kristen. Sementara di India, kebencian muncul karena adanya ketegangan antara kelompok mayoritas Hindu dengan kelompok Muslim dan Kristen.
 

Memang benar maksud dari gambar diatas. Jika semua agama yang ada di bumi ini mengajarkan apa yang dinamakan ‘kedamaian’, lalu mengapa sampai sekarang semua agama itu tidak mendapatkan sebuah ‘kedamaian’ itu?

Pada bagian ini akan diuraikan sebab terjadinya konflik antar masyarakat beragama khususnya yang terjadi di Indonesia dalam perspektif sosiologi agama.

Hendropuspito mengemukakan bahwa paling tidak ada empat hal pokok sebagai sumber konflik sosial yang bersumber dari agama.1457

Dengan menggunakan kerangka teori Hendropuspito, penulis ingin menyoroti konflik antar kelompok masyarakat Islam - Kristen di Indonesia, dibagi dalam empat hal, yaitu:

A. Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental

Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-masing menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab dari benturan itu.

Entah sadar atau tidak, setiap pihak mempunyai gambaran tentang ajaran agamanya, membandingkan dengan ajaran agama lawan, memberikan penilaian atas agama sendiri dan agama lawannya. Dalam skala penilaian yang dibuat (subyektif) nilai tertinggi selalu diberikan kepada agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan lawan dinilai menurut patokan itu.

Agama Islam dan Kristen di Indonesia, merupakan agama samawi (revealed religion), yang meyakini terbentuk dari wahyu Ilahi Karena itu memiliki rasa superior, sebagai agama yang berasal dari Tuhan.
Di beberapa tempat terjadinya kerusuhan kelompok masyarakat Islam dari aliran sunni atau santri. Bagi golongan sunni, memandang Islam dalam keterkaitan dengan keanggotaan dalam umat, dengan demikian Islam adalah juga hukum dan politik di samping agama. Islam sebagai hubungan pribadi lebih dalam artian pemberlakuan hukum dan oleh sebab itu hubungan pribadi itu tidak boleh mengurangi solidaritas umat, sebagai masyarakat terbaik di hadapan Allah. Dan mereka masih berpikir tentang pembentukan negara dan masyarakat Islam di Indonesia. Kelompok ini begitu agresif, kurang toleran dan terkadang fanatik dan malah menganut garis keras.1458

Karena itu, faktor perbedaan doktrin dan sikap mental dan kelompok masyarakat Islam dan Kristen punya andil sebagai pemicu konflik.

B. Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama

Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar jurang permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam masyarakat.

Contoh di wilayah Indonesia, antara Suku Aceh dan Suku Batak di Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan Suku Batak yang beragama Kristen; kedua suku itu hampir selalu hidup dalam ketegangan, bahkan dalam konflik fisik (sering terjadi), yang merugikan ketentraman dan keamanan.
Di beberapa tempat yang terjadi kerusuhan seperti: Situbondo, Tasikmalaya, dan Rengasdengklok, massa yang mengamuk adalah penduduk setempat dari Suku Madura di Jawa Timur, dan Suku Sunda di Jawa Barat. Sedangkan yang menjadi korban keganasan massa adalah kelompok pendatang yang umumnya dari Suku non Jawa dan dari Suku Tionghoa. Jadi, nampaknya perbedaan suku dan ras disertai perbedaan agama ikut memicu terjadinya konflik.

C. Perbedaan Tingkat Kebudayaan

Agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan membuktikan perbedaan budaya berbagai bangsa di dunia tidak sama. Secara sederhana dapat dibedakan dua kategori budaya dalam masyarakat, yakni budaya tradisional dan budaya modern.

Tempat-tempat terjadinya konflik antar kelompok masyarakat agama Islam - Kristen beberapa waktu yang lalu, nampak perbedaan antara dua kelompok yang konflik itu. Kelompok masyarakat setempat memiliki budaya yang sederhana atau tradisional: sedangkan kaum pendatang memiliki budaya yang lebih maju atau modern. Karena itu bentuk rumah gereja lebih berwajah budaya Barat yang mewah.
Perbedaan budaya dalam kelompok masyarakat yang berbeda agama di suatu tempat atau daerah ternyata sebagai faktor pendorong yang ikut mempengaruhi terciptanya konflik antar kelompok agama di Indonesia.

D. Masalah Mayoritas dan Minoritas Golongan Agama

Fenomena konflik sosial mempunyai aneka penyebab. Tetapi dalam masyarakat agama pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayoritas dan minoritas golongan agama.

Di berbagai tempat terjadinya konflik, massa yang mengamuk adalah beragama Islam sebagai kelompok mayoritas; sedangkan kelompok yang ditekan dan mengalami kerugian fisik dan mental adalah orang Kristen yang minoritas di Indonesia. Sehingga nampak kelompok Islam yang mayoritas merasa berkuasa atas daerah yang didiami lebih dari kelompok minoritas yakni orang Kristen. Karena itu, di beberapa tempat orang Kristen sebagai kelompok minoritas sering mengalami kerugian fisik, seperti: pengrusakan dan pembakaran gedung-gedung ibadat.

Padahal secara garis besarnya, semua permasalahan agama tersebut dapat ditekan jika dari manusia nya sendiri memiliki respect atau rasa saling menghargai.


Persamaan derajat adalah persamaan yang dimiliki oleh diri pribadi kepada diri orang lain ataupun masyarakat,biasanya persamaan derajat itu dapat dinyatakan dengan HAM Hak Asasi Manusia yang telah diatur dalam UU.

PASAL-PASAL DI DALAM UUD 45 TENTANG PERSAMAAN HAK :

  1.       pasal 1
  2.          pasal 2 ayat 1
  3.          pasal 7


Sebagai warga negara yang baik kita harus menjunjung tinggi persamaan derajat diantara kita, terlebih dalam urusan beragama. Bukan hanya untuk kita saja, tetapi untuk orang lain juga.
Agar ajaran di setiap masing-masing agama mengenai ‘kedamaian’ dapat kita dapatkan dalam hidup kita.
Sebagai contoh baru-baru ini seorang paus, yang notabene pemuka agama kristen di vatikan menyerukan untuk menghilangkan paradigma masyarakat kepada Islam kalau Islam merupakan agama yang penuh kekerasan. Seperti yang dilansir oleh Daily Mail pada 12/1 lalu.

Paus Fransiskus kecam mereka yang menghina Islam

Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Fransiskus juga menyerukan agar pemimpin muslim mengecam ekstrimis untuk membantu menghilangkan anggapan Islam sebagai agama yang penuh kekerasan. "Selama berkunjung ke Turki saya sangat mengerti kegundahan muslim lantaran banyak warga Barat menyamakan agama mereka dengan terorisme," ujar Fransiskus.

Ucapan Fransiskus bertentangan dengan pendahulunya Paus Benediktus XVI yang mengatakan Islam penuh kekerasan pada 2006 dan menyebabkan kecaman keras pada Vatikan. Fransiskus pun meminta maaf atas ucapan Benediktus XVI.

Namun kekerasan atas nama Islam kembali bergema terutama saat kelompok Negara Islam untuk Irak dan Syam (ISIS) bikin onar. Mereka membunuh siapa saja, warga muslim maupun agama lain yang tidak sepaham dengan keyakinan mereka yakni sunni radikal.

Paus asal Argentina ini telah bekerja sama dengan sejumlah tokoh muslim untuk menyebarkan perdamaian di Timur Tengah. Fransiskus juga mengecam siapa pun menyerang Islam sebagai reaksi atas terorisme. "Kalian tidak bisa berbicara kasar pada umat Islam dan menjelek-jelekkan Alquran. Kitab suci itu sebuah buku yang mengajarkan perdamaian dan cinta kasih," Frasiskus menegaskan.

Anda bisa lihat bukan? Masih ada orang yang ingin melihat dunia dengan kepercayaan yang berdampingan menjalani hidup ini. Bahkan orang yg bukan dari agama tersebut membela agama lain. Mulailah dari sekarang memberikan respect kita kepada agama lain.



Referensi :