KEPEMIMPINAN
TEORI DAN ARTI PENTING KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan
adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepadapengikutnya
dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan
adalah “melakukanya dalam kerja” dengan praktik seperti pemagangan pada seorang
senima ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan
sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
Teori
kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi
mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi antara
lain : Latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan Kepemimpinan muncul
sejalan dengan peradaban manusia. Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan
dalam setiap masa.
Sebab-sebab
munculnya pemimpin Ada beberapa sebab seseorang menjadi pemimpin, antara lain :
Seseorang
ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin. Seseorang menjadi pemimpin melalui
usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri.
Seseorang menjadi
pemimpin bila sejak lahir ia memiliki bakat kepemimpinan kemudian dikembangkan
melalui pendidikan dan pengalaman serta sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Untuk mengenai
persyaratan kepemimpinan selalu dikaitkan dengan kekuasaan, kewibawaan,
lingkungan dan kemampuan.
Teori-teori dalam Kepemimpinan.
Teori Sifat
Teori
ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin
itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang
pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan
kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai
sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
Ciri-ciri
ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76)
adalah: – pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas,
obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan;
– sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri
relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif,
kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif; – kemampuan untuk
bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang
urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara
efektif.
Walaupun
teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat
deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan
efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun
apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya
mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat
diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
Teori Perilaku
Dasar
pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu
ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan.
Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
Perilaku seorang
pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah, mau
berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan
kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu
terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas
organisasi.
Berorientasi
kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan
ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi
pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian,
kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi
pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan,
pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. (JAF.Stoner,
1978:442-443)
Teori Situasional
Keberhasilan
seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan
dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan
dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu
dan ruang.
Faktor
situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut
Sondang P. Siagian (1994:129) adalah:
Jenis pekerjaan
dan kompleksitas tugas;
Bentuk dan sifat
teknologi yang digunakan;
Persepsi, sikap
dan gaya kepemimpinan;
Norma yang dianut
kelompok;
Rentang kendali;
Ancaman dari luar
organisasi;
Tingkat stress;
Iklim yang
terdapat dalam organisasi
B. TIPOLOGI KEPEMIMPINAN
Tipologi
kepemimpinan disusun dengan titik tolak interaksi personal yang ada dalam
kelompok . Tipe-tipe pemimpin dalam tipologi ini dapat dikelompokkan dalam
kelompok tipe berdasarkan jenis-jenisnya antara lain:
Tipe Otokratis
Seorang
pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai
berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi, Mengidentikkan tujuan
pribadi dengan tujuan organisasi, Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata,
Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat, Terlalu tergantung kepada
kekuasaan formalnya, Dalam tindakan pengge-rakkannya sering mempergunakan
pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
Tipe Militeristis
Perlu
diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme
berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang
bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut :
Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan, Dalam
menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, Senang
pada formalitas yang berlebih-lebihan, Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku
dari bawahan, Sukar menerima kritikan dari bawahannya, Menggemari
upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
Tipe Paternalistis
Seorang
pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang
memiliki ciri sebagai berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang
tidak dewasa, bersikap terlalu melindungi (overly protective), jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan
fantasinya, dan sering bersikap maha tahu.
Tipe Karismatik
Hingga
sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang
pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian
mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai
pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula
tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu.
Karena
kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang
karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi
dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil
tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah
seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John
F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih
muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil,
Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”.
Tipe Demokratis
Pengetahuan
tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah
yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe
kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses
penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu
adalah makhluk yang termulia di dunia, selalu berusaha mensinkronisasikan
kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari
pada bawahannya, senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari
bawahannya, selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha
mencapai tujuan, ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada
bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu
tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat
kesalahan yang lain, selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses
daripadanya, dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai
pemimpin.
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMIMPINAN
Dalam
melaksanakan tugas kepemimpinan mempengaruhi orang atau kelompok menuju tujuan
tertentu, kita pemimpin, dipengaruhi oleh beberapa factor. Factor-faktor itu
berasal dari diri kita sendiri, pandangan kita terhadap manusia, keadaan
kelompok dan situasi waktu kepemimpina kita laksanakan.
Orang
yang memandang kepemimpinan sebagai status dan hak untuk mendapatkan fasilitas,
uang, barang, jelas akan menunjukkan praktek kepemimpinan yang tidak sama
dengan orang yang mengartikan kepemimpinan sebagai pelayanan kesejahteraan
orang yang dipimpinnya. Factor-faktor yang berasal dari kita sendiri yang
mempengaruhi kepemimpinan kita adalah pengertian kita tentang kepemimpinan,
nilai atau hal yang kita kejar dalam kepemimpinan, cara kita menduduki tingkat
pemimpin dan pengalaman yang kita miliki dalam bidang kepemimpinan.
D. IMPLIKASI MANAJERIAL KEPEMIMPINAN
DALAM ORGANISASI
Sebab
yang terjadi bila implikasi manajerial kepemimpinan dalam organisasi adalah
akan menciptakan kepemimpinan yang baik karna adanya proses manajemen yang
direncakan, karena induk dari sebuah perusahaan adalah pemimpin jadi bila
pemimpin nya berkualitas maka perusahaan tersebut akan menjukukan kualitasnya.
II. DESAIN DAN STRUKTUR ORGANISASI
DIMENSI STRUKTUR ORGANISASI
Empat
desain keputusan (pembagian kerja, pendelegasian kewenangan, pembagian
departemen, dan rentang kendali) menghasilkan struktur organisasi, Para
peneliti dan praktisi manajemen berusaha untuk mengembangan pemahaman mengenai
hubungan antar struktur dan kinerja, sikap, keefektifan, dan variabel lainnya.
Secara umum, gambaran mengenai struktur meliputi formalisasi, sentralisasi, dan
kerumitan.
1. Formalisasi
Formalisasi,
yaitu organisasi yang menyandarkan dirinya pada peraturan dan prosedur untuk
mengatur perilaku dari para pegawainya. Formalisasi mengacu derajat dimana
segala harapan mengenai cara dan tujuan pekerjaan dirumuskan, ditulis dan
diberlakukan. Suatu organisasi yang sangat formal, akan memuat prosedur dan
aturan yang ketat dalam setiap kegiatan / pekerjaan di dalam organisasi. Dengan
demikian, semakin formal suatu organisasi, maka semakin ketat pula aturan dan
prosedur kerja. Formalisasi merupakan hasil dari spesialisasi kerja yang
tinggi, pendelegasian kewenangan yang tinggi, pembagian departemen berdasarkan
fungsi, dan luasnya rentang kendali.
Ciri-cirinya
:
Bersifat eksternal
bagi pegawai ->peraturan, prosedur,
dan aturan ditetapkan secara terinci,
dikodifikasi, & dilaksanakan melalui pengawasan langsung.
Perilaku yang
diinternalkan, melalui nilai, norma, pola perilaku yang diharapkan bagi
pekerjaan & organisasi. Misalnya: melalui pelatihan & budaya organisasi
2. Sentralisasi
Sentralisasi
merupakan dimensi struktur organisasi yang mengacu pada derajat dimana
kewenangan untuk mengambil keputusan dikuasai oleh manajemen puncak. Hubungan
sentralisasi dengan empat desain keputusan adalah sebagai berikut : Semakin
tinggi spesialisasi kerja, semakin besar sentralisasi, Semakin sedikit
kewenangan yang didelegasikan, semakin besar sentralisasi, Semakin besar
penggunaan departemen berdasarkan fungsi, semakin besar sentralisasi, Semakin
luas rentang kendali, semakin besar sentralisasi.
Hambatannya :
Hanya
memperhatikan struktur formal.
Memperhatikan
kebebasan dalam pengambilan keputusan.
Konsentrasi pada
seseorang, unit atau tingkat.
Kontrol dari top
manajemen, tetapi keputusan tetap terletak pada anggota tingkat rendah.
Keuntungannya :
3. Kerumitan
Kerumitan
(complexity), mempertimbangkan tingkat diferensiasi yang ada adalam organisasi
termasuk di dalamnya tingkat spesialisasi atau tingkat pembagian kerja, jumlah
tingkatan di dalam hirarki organisasi serta tingkat sejauh mana unit-unit
organisasi tersebar secara geografis. Kompleksitas merupakan suatu struktur
organisasi yang mengacu pada jumlah pekerjaan atau unit yang berbeda dalam
organisasi. Semakin tinggi kompleksitas, maka perhatian terhadap
masalah-masalah komunikasi, koordinasi dan control semakin besar.
B. DEPARTEMENTALISASI
Pengertian Departementalisasi
Departementalisasi
adalah proses penentuan cara bagaimana kegiatan yang dikelompokkan. Beberapa
bentuk departementalisasi sebagai berikut :
• Fungsi
• Produk atau jasa
• Wilayah
• Langganan
• Proses atau peralatan
• Waktu
• Pelayanan
• Alpa – numeral
• Proyek atau matriks
Departementalisasi
Fungsional
Departentalisasi fungsional
mengelompokkan fungsi – fungsi yang sama atau kegiatan – kegiatan sejenis untuk
membentuk suatu satuan organisasi.
Organisasi fungsional ini
barangkali merupakan bentuk yang paling umum dan bentuk dasar
departementalisasi. kebaikan utama pendekatan fungsional adalah bahwa
pendekatan ini menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi- funsi utama, menciptakan
efisiensi melalui spesialisasi, memusatkan keahlian organisasi dan memungkinkan
pegawai manajemen kepuncak lebih ketat terhadap fungsi-fungsi.
Pendekatan
fungsional mempunyai berbagi kelemahan. struktur fungsional dapat menciptakan
konflik antar fungsi-fungsi, menyebabkan kemacetan-kemacetan pelaksanaan tugas
yang berurutan pada kepentingan tugas-tugasnya, dan menyebabkan para anggota
berpandangan lebih sempit serta kurang inofatif.
Departementalisasi
Divisional
Organisasi
Divisional dapat mengikuti pembagian divisi-divisi atas dasar produk, wilayah
(geografis), langganan, dan proses atau peralatan. Struktur organisasi
divisional atas dasar produk. Setiap departemen bertanggung jawab atas suatu
produk atau sekumpulan produk yang berhubungan (garis produk). Divisionalisasi
produk adalah pola logika yang dapat diikuti bila jenis-jenis produk mempunyai
teknologi pemrosesan dan metoda-metoda pemasaran yang sangat berbeda satu
dengan yang lain dalam organisasi.
Struktur
organisasi divisional atas dasar wilayah. Departementalisasi wilayah ,
kadang-kadang juga disebut depertementalisasi daerah , regional atau geografis
, adalah pengelompokkan kegiatan-kegiatan menurut tempat dimana operasi
berlokasi atau dimana satuan-satuan organisasi menjalankan usahanya.
Kelebihan struktur
organisasi divisional dapat diperinci sebagai berikut:
Meletakkan
koordinasi dan wewenang yang diperlukan pada tingkat yang sesuai bagi pemberian
tanggapan yang cepat.
Menempatkan
pengembangan dan implementasi strategi dekat dengan lingkungan divisi yang
khas.
Tempat latihan
yang baik bagi para manager strategik.
Kelemahah-kelemahan
sturktur divisional secara lebih terperinci :
Perusahaan yang melekukan
departentalisasi diuntungkan dengan pembagian control dan koordinasi pada
perusahaan tersebut. Wilayah kekuasaan dan tanggung jawab dipersempit sehingga
untuk memimpinnya menjadi lebih mudah.
Departementalisasi sendiri dibagi
atas beberapa macam yaitu :
Departementalisasi
berdasarkan pelanggan
Maksudnya
perusahaan akan melakukan pembagian penjualan produk ke pelanggan,biasanya ada
yang bagian produk laki-laki ataupun perempuan atau tua dan muda. Contohnya
adalah pembagian penjualan produk Rexona ada pembagian untuk produk remaja,
laki-laki , perempuan ataupun yang xtra berkeringat. Dengan dilakukannya
pembagian ini penjualan akan lebih tepat sasaran dan efisien
Departementalisasi
berdasarkan produk
Maksudnya
perusahaan akan mengelompokan departemen sesuai dengan kelompok produk yang
dihasilkan misalkannya pembagian departeman barang untuk mengurusi produksi
produk berupa barang dan departemen jasa untuk menangani produk yang berupa
jasa.
Keuntungan
utama dari jenis penegelompokkan ini adalah meningkatnya akuntabilitas terhadap
kinerja produk. Karena semua pekerjaan dengan sebuah produk tertentu berada
dibawah kendali seorang manajer tunggal.
Departementalisasi
berdasarkan proses
Maksudnya pembagian departemen
berdasrkan proses pengkerjaannya, misalnya pada perusahaan meubel dibagi atas
divisi untuk pengolahan kayu mentah, divisi pembuatan kursi atau meubel
kemudian divisi pengecatan.
Karena
tiap proses membutuhkan keterampilan yang berbeda, metode ini dapat menjadi
dasar pengategorisasian kegiatan yang homogen.
Departementalisasi
berdasarkan geografis
Maksudnya
pembagian departeman berdasarkan lokasi penjualan produk misalnya departemen
yang mengawasi di jawa dan Bali, di Kalimantan maupun di Sumatara.
Jika
pelanggan suatu organisasi tersebar ke wilayah geografis yang luas dan memiliki
kebutuhan yang sama berdasarkan lokasi mereka, bentuk departementalisasi
semacam ini akan bermanfaat.
Departementalisasi
berdasarkan fungsi
Maksudnya
pembagian departemann berdasarkan aktifitas perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya, misalnya departemen produksi, departemen penjualan, departemen
pemasaran dan lain-lain.
Keuntungan
utama dari jenis pengelompokan ini adalah meningkatnya efisiensi dengan
menempatkan spesialis secara bersama-sama. Departementalisasi fungsi
menempatkan individu yang memiliki keterampilan dan orientasi yang sama kepada
unit-unit yang sama.
C. MODEL DESAIN ORGANISASI
Desain
organisasi dikaitkan dengan pengambilan keputusan manajerial yang menentukan
struktur dan proses yang mengkoordinasikan dan mengendalikan pekerjaan
organisasi. Hasil keputusan desain organisasi adalah suatu sistem pekerjaan dan
pengelompokkan kerja termasuk proses yang melingkarinya. Desain organisasi
telah menjadi inti kerja manajerial karena usaha-usaha sebelumnya untuk
mengembangkan teori manajemen. Cara manajemen mendesain organisasi harus
mengingat dimensi struktur organisasi tersebut. Manajer harus mempertimbangkan
sejumlah faktor ketika mendesain organisasi, diantaranya adalah teknologi,
sifat kerja itu sendiri, karakteristik orang yang melakukan kerja, tuntutan
lingkungan organisasi, dan keseluruhan strategi yang dipilih organisasi untuk
berhubungan dengan lingkungan.
Model
organisasi yang dapat saya jelaskan adalah berdasarkan atas desain organisasi
menurut (Gibson, et all, 1994) ada 2 macam model organisasi yaitu organisasi
mekanistik dan organisasi organik.
Berikut
adalah jenis desain organisasi :
Model organisasi
mekanistik.
Yaitu
model yang menekankan pentingnya mencapai produksi dan efisiensi tingkat
tinggi. Henry Fayol mengajukan sejumlah prinsip yang berkaitan dengan fungi
pimpinan untuk mengorganisasi dan empat diantaranya berhubungan dengan
pemahaman model mekanistik yaitu:
Prinsip Spesialisasi, yaitu merupakan sarana terbaik untuk mendayagunakan
tenaga individu dan kelompok.
Prinsip Kesatuan Arah, yaitu semua pekerjaan harus dikelompokkan berdasarkan
keahlian.
Prinsip Wewenang dan Tanggung jawab, yaitu manager harus mendapat pendelegasian wewenang
yang cukup untuk melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
Prinsip Rantai Skalar, yaitu hasil alami dari pelaksanaan ketiga prinsip
sebelumnya adalah rantai tingkatan manajer dari peringkat wewenang paling
tinggi sampai dengan peringkat paling rendah. Rantai scalar adalah jalur
keseluruhan komunikasi vertical dalam sebuah organisasi. model mekanistik
mencapai tingkat produksi dan efisiensi yang tinggi dengan karakteristik :
Sangat kompleks karena menekankan pada spesialisasi tenaga kerja. Sangat
tersentralisasi karena menekankan pada wewenang dan tanggung gugat
(accountability).Sangat formal karena menekankan pada fungsi sebagai dasar
departemen.
Model organik.
Yaitu
menekankan pada pentingnya mencapai keadaptasian dan perkembangan tingkat
tinggi. Desain organisasi ini kurang mengandalkan peraturan dan prosedur,
wewenang yang disentralisasikan atau spesialisas yang tinggi. Model organik
desain organisasi merupakan kontars dari model mekanistik. Karakteristik dan
praktek organisasi yang mendasari model organik sama sekali berbeda dari karakteristik
dan praktek yang mendasari model mekanistik.
Perbedaan yang paling mencolok antara kedua
model itu berasal dari criteria keefektifan yang berbeda yang ingin diusahakan
sebesar-besarnya oleh masing-masing model. Jika model mekanistik berusaha untuk
mencapai efisiensi dan produksi secara maksimum, maka model organik berusaha
untuk mencapai keluwesan dan keadaptasian yang maksimum. Organisasi organik
bersifat luwes dan dapat beradaptasi dengan tuntutan perubahan lingkungan
karena desain organisasinya mendorong untuk lebih mendayagunakan potensi
manusia.
D. IMPLIKASI MANAJERIAL DESAIN
DAN STRUKTUR ORGANISASI
Pegawai
atau karyawan dalam suatu perusahaan terhubung dalam suatu kesatuan struktur
yang menyatu dengan tujuan agar pekerjaan yang ada dapat terselesaikan dengan
lebih baik dibandingkan tanpa adanya pembagian bagian tugas kerja. Untuk
melakukan pengumpulan orang-orang dalam suatu unit, divisi, bagian ataupun
departemen dengan tugas pekerjan yang berkaitan diadakan kegiaitan
departementalization atau departementalisasi. posisi adalah kualitas maka
setiap orang yang menempati posisi yang ia kuasai dalam suatu organisasi akan
menghasilkan kontribusi besar dalam suatu organisasi tersebut. itulah alasan
mengapa diperlukan implikasi manajerial desan dan struktur organisasi.
III. SUMBER REFERENSI